A. Diare
1. Definisi Diare
Diare
adalah penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja
lembek sampai mencair dan frekuensi buang air besar lebih dari biasanya
(lazimnya 3 kali atau lebih) dalam sehari (Depkes RI, 2002),
sedangkan menurut Widjaja
(2002), diare diartikan sebagai buang air encer lebih dari empat kali sehari,
baik disertai lendir dan darah maupun tidak.
Berdasarkan definisi Hipocrates, yang dimaksud dengan diare adalah buang air besar dengan
frekuensi yang tidak normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek
dan cair (Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985).
2. Etiologi
dan Epidemiologi
Secara
klinis penyebab penyakit diare dapat dikelompokkan dalam (6) golongan besar,
yaitu : infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, immunodesfisiensi dan
sebeb-sebab lain. Yang sering ditemukan di lapangan adalah diare yang
disebabkan oleh infeksi dan keracunan makanan (Depkes RI, 2002).
a.
Infeksi Bakteri
Beberapa jenis bakteri dapat
termakan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi dan menyebabkan
Diare, contohnya Campylobacter,
Salmonella, Shigella dan Eschercia
Colli.
b.
Infeksi Virus
Beberapa virus yang menyebabkan
Diare yaitu rotavirus, Norwalk
virus, cytomegalovirus, virus herpes
simplex dan virus hepatitis.
c.
Intoleransi Makanan
Contohnya pada orang tidak dapat
mencerna komponen makanan seperti laktosa (gula dalam susu).
d.
Parasit
Parasit yang masuk ke dalam tubuh
melalui makanan atau minuman dan menetap dalam sistem pencernaan. Contohnya Giardia lamblia, Entamoeba histolytica dan Crytoporidium.
e.
Reaksi Obat
Contoh antibiotik, obat-obat tekanan
darah dan antasida yang mengandung magnesium.
f.
Penyakit Intestinal
Penyakit inflamasi usus atau
penyakit abdominal. Gangguan fungsi usus, seperti sindroma iritasi usus dimana
usus tidak dapat bekerja secara normal (www.pom_obat.go.id).
Epidemiologi penyebab kuman yang
menyebabkan diare biasanya ditularkan melalui face oral antara lain
melalui makan atau minuman yang tercemar
tinja dan atau kontak langsung dengan tinja penderita (Depkes RI, 2002).
Menurut
Depkes RI (2005) epidemiologi penyakit diare adalah sebagai berikut :
a.
Penyebaran kuman yang menyebabkan
diare
Kuman penyebab diare biasanya
menyebar melalui face oral antara
lain melalui makanan atau minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung
dengan tinja penderita. Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman
enterik dan meningkatkan resiko terjadinya diare, antara lain tidak memberikan
ASI secara penuh 4-6 bulan pada pertama kehidupan, menggunakan botol susu,
menyimpan makanan masak pada suhu kamar, menggunakan air minum yang tercemar,
tidak mencuci tangan sesudah buang air besar atau sesuadah membuang tinja dan
membuang tinja dengan benar.
b.
Faktor penjamu yang meningkatkan
kerentanan terhadap diare
Faktor pada penjamu yang dapat
meningkatkkan insiden, beberapa penyakit dan lamanya diare. Faktor-faktor
tersebut adalah tidak memberikan ASI samapai umur 2 tahun, kurang gizi dan
campak.
c.
Faktor lingkungan dan perilaku
Penyakit diare merupakan salah satu
penyakit yang berbasis lingkungan. Dua faktor yang dominan, yaitu sarana air
bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi dengan perilaku
manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare
serta berakumulasi dengan perilaku yang sehat pula, yaitu melalui makan dan
minuman, maka dapat menimbulkan kejadian diare.
3. Jenis
– jenis Diare
Berdasarkan
buku pedoman pelaksanaan program pemberantasan penyakit diare (Depkes RI,
2002), ada beberapa jenis-jenis diare antara lain :
a.
Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14
hari ( umumnya kurang dari 7 hari). Akibat diare akut adalah dehidrasi.
Sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare.
b.
Disentri, yaitu diare
yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri adalah anoreksia, penurunan
berat badan dengan cepat. Kemungkinan terjadi komplikasi pada mukosa.
c.
Diare persisten, yaitu
diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus menerus. Akibat diare
persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan metabolisme.
d.
Diare dengan masalah
lain, anak yang menderita diare (diare akut dan diare persisten) mungkin juga
disertai dengan penyakit lain seperti : demam, gangguan gizi atau penyakit
lainnya. Tatalaksana penderita diare tersebut selain berdasarkan acuan baku
tatalaksana diare juga tergantung pada penyakit yang menyertainya.
4. Gejala Diare
Penyakit diare memiliki gejala sebagai berikut :
a.
Buang air besar yang
menjadi sering (berair,
berbusa, tidak ada lendir, berbau asam )
b.
Frekuensi buang air
besar melebihi normal (tiga kali berturut-turut atau lebih dalam sehari).
c.
Kotoran encer
d.
Sakit perut/kejang
perut
e.
Demam dan muntah
sebelum dan sesudah diare, pada
beberapa kasus
f.
Hipoglikemia
(penurunan kadar gula darah)
g.
Dehidrasi (kekurangan
cairan)
5. Cara penularan diare
Faktor kebersihan ternyata ikut adil dalam
menyebabkan anak diare. Mulai dari kebersihan alat makan anak sampai kebersihan
setelah buang air besar/buang air kecil. Semua yang dapat mengenai tangan anak
atau langsung masuk ke dalam mulut anak harus diawasi kontak dengan tinja yang
terinfeksi secara langsung, seperti :
a.
Makanan dan minuman yang sudah
terkontaminasi oleh tangan yang kotor.
b.
penggunaan sumber air yang sudah
tercemar dan tidak memasak air dengan benar.
c.
Tidak mencuci tangan dengan bersih
setelah buang air besar atau membersihkan tinja anak yang terinfeksi, sehingga
mengkontaminasi perabotan yang dipegang.
6. Bahaya Diare
Diare
dapat menyebabkan kurang gizi dan kematian. Kematian akibat diare akut atau
disentri tersering disebabkan oleh kehilangan banyak cairan dan garam dari
tubuh. Normalnya tubuh mendapatkan cairan dan garam yang diperlukan melalui
makanan dan minuman (masukan), serta kehilangan cairan dan garam yang
diperlukan melalui tinja, air seni dan keringat (pengeluaran).
Bila
usus sehat, maka cairan dan garam keluar dari usus dan masuk ke dalam darah.
Cairan dan garam kemudian dapat digunakan oleh tubuh. Bila ada diare maka usus
tidak bekerja normal. Lebih sedikit cairan dan garam masuk ke dalam darah dan
lebih banyak yang keluar dari darah kedalam usus. Sehingga cairan dan garam
yang keluar dari tubuh ke tinja, lebih banyak dari normal. Kehilangan ini
dinamai dehidrasi.
Diare
menjadi lebih serius pada orang yang kurang gizi. Sebab diare dapat menyebabkan
kurang gizi dan memperburuk keadaan kurang gizi yang telah ada. Karena selama
diare zat gizi hilang dari tubuh, orang bisa tidak lapar, ibu mungkin tidak
memberi makan pada anak yang menderita diare. Beberapa ibu mungkin menunda
pemberian makanan pada bayinya selama beberapa hari, walaupun diare telah
membaik.
7. Faktor-faktor yang terpenting dalam
pengobatan diare
a. Pencegahan
dehidrasi
Biasanya
dehidrasi dapat dicegah di rumah jika segera setelah diare dimulai anak diberi
minum lebih banyak dari biasa. Anak harus diberikan suatu cairan yang
direkomendasikan untuk pengobatan diare di rumah. Makanan cair seperti bubur
cair, sup atau tajin dapat digunakan. Cairan atau larutan yang direkomendasikan
di rumah untuk pencegahan dehidrasi akan tergantung atas : tradisi lokal bagi
pengobatan diare, ketersediaan cairan makanan yang cocok, ketersediaan garam
dan gula, jalan penduduk setempat ke pelayanan kesehatan, keterbatasan garam
rehidrasi oral.
b. Pengobatan
dehidrasi
Jika timbul dehidrasi, maka anak harus dibawa
ke pelayanan kesehatan untuk pengobatan. Pengobatan terbaik adalah melalui
pengobatan oral dengan larutan yang dibuat dari Garam Rehidrasi Oral (GRO).
Pengobatan yang sama juga baik orang dewasa dengan diare. Untuk mengatasi
dehidrasi, GRO harus selalu digunakan.
c. Pemberian
makanan
Bila diare, maka ia harus sering diberi makanan
bergizi yang mudah dicernakan dalam jumlah kecil. Pemberian makanan selama
episode diare memberikan zat gizi pada anak yang membantu mencegah penurunan
berat badan. Cairan tambahan yang diberikan ke anak tidak menggantikan
kebutuhan makan. Setelah sembuh, maka makanan tambahan tiap hari selama
seminggu akan membantu anak menaikkan berat badannya yang turun selama sakit.
d. Pengobatan
lain
Saat ini tidak ada obat
yang aman dan efektif untuk menghentikan diare. Antibiotik tidak efektif
melawan kebanyakan organisme yang menyebabkan diare, jarang membantu dan dalam
jangka panjang dapat membuat beberapa orang lebih sakit. Penggunaan yang
sembarangan dapat meningkatkan resistensi beberapa organisme penyebab penyakit
terhadap antibiotik. Disamping itu antibiotik juga mahal, sehingga membuang
uang. Maka antibiotik tidak digunakan secara rutin.
8. Pencegahan diare
Beberapa
faktor yang sederhana harus diketahui oleh masyarakat tentang pencegahan
penyakit diare antara yaitu :
a.
Pemberian
Air Susu Ibu (ASI)
Pemberian
Air Susu
Ibu selama 4-6 bulan
pertama sangatlah penting secara ekslusif.
Kemudian dilanjutkan pemberian ASI bersama
makanan lain sampai paling kurang anak berusia 1 tahun. Sebaiknya ibu jangan
memberikan cairan tambahan seperti, air gula, atau susu bubuk, terutama untuk
bayi yang baru lahir.
Menyusui sesuai
keperluan (meningkatkan penyediaan air susu), keluarkan susu secara manual
untuk mencegah tidak terjadinya pembendungan payudara selama masa pemisahan
dari bayi, jika ibu bekerja di luar rumah dan tidak mungkin membawa bayinya
(maka berikan ASI sebelum meninggalkan rumah, dan tinggalkan asi yang sudah di
perah lalu di simpan ke dalam lemari pendingin).
b.
Perbaikan
cara menyapih
pada usia 4-6 bulan
bayi harus diperkenalkan dengan makanan penyapih yang bergizi dan bersih. Pada
tahap awal sebaiknya makanan saring lunak. Dan makanan pokok seperti,
sereal/umbi, kacang polong, susu, telur dan daging, serta sayuran hijau, anak
juga harus diberikan buah-buahan. Sebaiknya mencuci tangan terlebih dahulu
sebelum menyiapkan makanan, dan sebelum memberi makan bayi. Makanan yang tidak
dimasak harus dicuci terlebih dahulu dengan air bersih sebelum di makan.
Makanan yang dimasak harus segera dimakan sewaktu masih hangat atau panaskan
terlebih dahulu makanan sebelum di makan. Makanan yang disimpan harus di tutup
jika mungkin masukkan ke dalam lemari es.
c.
Gunakan
air bersih
Air harus di ambil dari
sumber air bersih yang tersedia. Air harus di kumpulkan dan disimpan dalam
wadah bersih, dan gunakan gayung bergagang panjang untuk mengambil air. Air
untuk masak dan minum harus dididihkan atau di masak sampai matang terlebih
dahulu sebelum dikonsumsi.
d.
Cuci
tangan
Cuci
tanganlah sebelum makan dan sesudah makan, setelah buang air besar dan buang
air kecil, sehabis memegang benda-benda yang terkontaminasi langsung dengan
kuman, cuci tanganlah memakai sabun dan cuci tangan dengan air yang mengalir.
B. Sarana Air Bersih (SAB)
1. Definisi
air bersih
Air
adalah sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia akan lebih cepat
meninggal karena kekurangan air dari pada kekurangan makanan. Di dalam tubuh
manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa,
sekitar 55-60% berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65%, dan
untuk bayi sekitar 80%.
Kebutuhan
manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci
(bermacam-macam cucian) dan sebagainya. Menurut perhitungan WHO di
negara-negara maju tiap orang memerlukan air antara 60-120 liter per hari.
Sedangkan di negara-negara berkembang, termasuk indonesia tiap orang memerlukan
air antara 30-60 liter per hari.
Di antara
kegunaan-kagunaan air tersebut, yang sangat penting adalah kebutuhan untuk
minum. Oleh karena itu, untuk keperluan minum (termasuk untuk masak) air harus
mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi
manusia.
Agar air minum tidak menyebabkan
penyakit, maka air tersebut hendaknya diusahakan memenuhi
persyaratan-persyaratan kesehatan, setidak-tidaknya diusahakan mendekati
persyaratan tersebut. Air yang sehat harus mempunyai persyaratan sebagai
berikut :
a.
Syarat
fisik
Persyaratan fisik untuk
air minum yang sehat adalah bening (tak berwarna), tidak berasa, suhu dibawah
suhu udara di luarnya, sehingga dalam kehidupan sehari-hari. Cara mengenal air
yang memenuhi persyaratan fisik ini tidak sukar.
b.
Syarat
Bakteriologis
Air untuk keperluan
minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri, terutama bakteri patogen.
Cara untuk mengetahui apakah air minum terkontaminasi oleh bakteri patogen,
adalah dengan memeriksa sampel (contoh) air tersebut. Dan bila dari pemeriksaan
100 cc air terdapat kurang dari 4 bakteri E.Coli
maka air tersebut sudah memenuhi syarat kesehatan.
c.
Syarat
Kimia
Air minum yang sehat
harus mengandung zat-zat tertentu di dalam jumlah yang tertentu pula.
Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia di dalam air, akan menyebabkan
gangguan fisiologis pada manusia.
Bahan-bahan atau zat
kimia yang terdapat dalam air yang ideal. Sesuai dengan prinsip teknologi tepat
guna di pedesaan maka air minum yang berasal dari mata air dan sumur dalam
adalah dapat diterima sebagai air yang sehat, dan memenuhi ketiga persyaratan
tersebut di atas. Asalkan tidak tercemar oleh kotoran-kotoran terutama kotoran
manusia dan binatang. Oleh karena itu, mata air sumur yang ada di pedesaan
harus mendapatkan pengawasan dan perlindungan agar tidak dicemari oleh penduduk
yang menggunakan air tersebut.
2. Sumber-sumber Air Minum
Pada
prinsipnya semua air dapat diproses menjadi air minum. Ada beberapa macam air
yang bisa di konsumsi :
a. Air
Hujan
Air hujan dapat
ditampung kemudian dijadikan air minum. Tetapi air hujan ini tidak mengandung kalsium. Oleh karena itu,
agar dapat dijadikan air minum yang sehat perlu ditambahkan kalsium di
dalamnya.
b. Air
sungai dan danau
Menurut asalnya
sebagian dari air sungai dan air danau ini juga dari air hujan yang mengalir
melalui saluran-saluran ke dalam sungai atau danau ini. Kedua sumber air ini
sering juga disebut air permukaan. Oleh
karena air sungai dan danau ini sudah terkontaminasi atau tercemar oleh
berbagai macam kotoran, maka bila akan dijadikan air minum harus diolah
terlebih dahulu.
c. Mata
air
Air yang keluar dari
mata air ini baisanya berasal dari air tanah yang muncul secara alamiah. Oleh
karena itu, air dari mata air ini, bila belum tercemar oleh kotoran sudah dapat
dijadikan air minum langsung. Tetapi karena kita belum yakin apakah belum
tercemar, maka alangkah baiknya air tersebut direbus dahulu sebelum diminum.
d. Air
sumur dangkal
air ini keluar dari
dalam tanah, maka juga disebut air tanah. Air berasal dari lapisan air di dalam
tanah yang dangkal. Dalamnya lapisan air ini dari permukaan tanah dari tempat
yang satu ke yang lain bebeda-beda. Biasanya berkisar antara 5 sampai dengan 15
meter dari permukaan tanah. Air sumur pompa dangkal ini belum begitu sehat,
karena kontaminasi kotoran dari permukaan tanah masih ada. Oleh karena itu,
perlu direbus dahulu sebelum diminum.
e. Air
sumur dalam
Air ini berasal dari
lapisan air kedua di dalam tanah. Dalamnya dari permukaan tanah biasanya diatas
15 meter. Oleh karena itu, sebagian besar air sumur dalam ini sudah cukup sehat
untuk dijadikan air minum yang langsung (tanpa melalui proses pengolahan).
3. Pengolahan air minum secara sederhana
Ada
beberapa cara pengolahan air minum antara lain sebagai berikut :
a. Pengolahan
sacara alamiah
Pengolahan ini
dilakukan dalam bentuk penyimpanan (storage) dari air yang diperolah dari
berbagai macam sumber, seperti air danau, air kali, air sumur dan sebagainya.
Di dalam penyimpanan air ini air dibiarkan untuk beberapa jam di tempatnya.
Kemudain akan terjadi kongulasi dari zat-zat yang terdapat di dalam air, dan
akibatnya terbentuk endapan. Air akan menjadi jernih karena partikel-partikel
yang ada dalam air akan iktu mengendap.
b. Pengolahan
air dengan menyaring
Penyaring air secara
sederhana dapat dilakukan dengan krikil, ijuk dan pasir. Penyaringan pasir
dengan teknologi tinggi dilakukan oleh P.A.M (Perusahain Air Minum) yang
hasilnya dapat di konsumsi umum
c. Pengolahan
air dengan menambahkan zat kimia
Zat kimia yang digunakan dapat berupa 2
macam, yakni zat kimia yang berfungsi untuk kongulasi, dan akhirnya mempercepat
penyerapan, (misalnya tawas). Zat kimia yang kedua adalah berfungsi untuk
menyucihamakan (membunuh bibit penyakit yang ada di dalam air, misalnya chlor).
d. Pengolahan
air dengan mengalirkan udara
Tujuan utamanya adalah untuk
menghilangkan rasa serta bau yang tidak enak, menghilangkan gas-gas yang tak
diperlukan, misalnya Co2
dan juga menaikkan derjat air.
e. Pengolahan
air dengan memanaskan sampai mendidih
Tujuannya untuk membunuh kuman-kuman
yang terdapat pada air pengolahan semacam ini lebih tepat hanya untuk
dikonsumsi kecil, misalnya untuk kebutuhan rumah tangga.
4. Macam Sarana Air Bersih
Sarana Air Bersih
adalah sarana yang biasanya digunakan dan dapat menghasilkan air bersih seperti
Sumur Gali (SGL), Sumur Pompa Tangan (SPT) baik dangkal, sedang maupun dalam, Penampungan Air Hujan
(PAH), Perlindungan Mata Air (PMA), dan pengolahan air permukaan dengan sistem Perpipaan (PP), (Sutrisno,
1999)
a. Sumur
Gali
Sumur gali yaitu jenis sarana air bersih
yang digunakan untuk diambil dan dimanfaatkan air tanah dengan cara menggali
tanah menggunakan peralatan sampai mendapatkan sumber air. Pengambilan air
dapat menggunakan timba dan kerekan. (Sanropie, 1984).
Persyaratan kualitas sumur gali menurut
Djasio Sancopie dalam buku pedoman bidang studi penyediaan air bersih akademik
penilik kesehatan teknologi sanitasi, yaitu :
(1) Jarak
sumur dengan pembuangan tinja > 11 M
(2) Tinggi
bibir sumur 0,8M
dari lantai
(3) Dinding
sumur minimal sedalam 3M
dari permukaan tanah
(4) Lantai
harus kedap air minimal 1M
dari sumur
(5) Jika
menggunakan timba, harus selalu digantung tidak boleh di letakkan di lantai.
b. Sumur
Pompa Tangan (SPT)
Sumur pompa tangan yaitu jenis sarana
air bersih yang digunakan untuk diambil dan di manfaatkan air tanah dengan cara
membuat lubang di tanah dengan menggunakan alat baik secara manual meupun bor
mesin. (Sanropie, 1984). Persyaratan kulaitas sumur pompa tangan menurut
Sanropie dalam buku pedoman bidang studi penyediaan air bersih akademik penilik
kesehatan teknologi sanitasi, yaitu :
(1) Jarak
minimal 11M
dari pencemar
(2) Lantai
harus kedap air minimal 1M
dari sumur
(3) Pipa
penghisap dilindungi dengan coran air minimal 3M dari permukaan air
(4) Ujung
bawah pipa dipasang drop, bagian luar saringan kerikil dengan diameter 2-3M
(5) Klep
dan karet penghisap harus bekerja dengan baik agar tidak memerlukan air
pancingan
(6) Dudukan
harus kuat, rapat air dan tidak retak dengan katinggian 50-60 Cm.
5. Perbaikan Kualitas Air Melalui Tingkah
Laku
Terdapat
beberapa tahap agar air bersih yang diperoleh dapat dikonsumsi (Depkes RI,
1992), yaitu :
a. Tahap
pengambilan air dari sarana air bersih Pengambilan air dari sumur gali dapat
memakai timba, sumur pompa tangan dapat memakai pompa, kran atau selang dan lain - lain. Perbaikan kualitas
air dimulai tahap ini karena bila pengambilan tidak memenuhi syarat kesehatan,
maka air bersih akan tercemar sehingga menimbulkan penyakit.
b. Tahap
pengankutan air dari tempat SAB ke rumah Pengangkutan air dalam rumah biasanya
menggunakan ember, gentong yang selalu tertutup, pipa atau selang yang
digunakan untuk mengalirkan air boleh bocor dan tak terendam air yang kotor.
c. Tahap
penyimpanan di rumah dan pengambilan dari tempat penyimpanan Penyimpanan air
dalam rumah biasanya menggunakan ember, gentong yang harus mempunyai tutup yang
rapatdan mudah dibersihkan, minimal seminggu sekali tempat air dibersihkan atau
dikuras. Tempat diletakkan di tempat yang tak mudah tercemar, lebih tinggi dari
lantai dan jauh dari tempat sampah.
d. Berfungsi
untuk membunuh kuman patogen. Untuk pemasakan harus digunakan bahan yang tak
mudah berkarat atau larut.
e. Tahap
penyimpanan air masak Alat penyimpanan air harus selalu tertutup, dan bersih serta tidak mudah dicapai
serangga atau binatang lainnya.
f. Tahap
penyajian air masak Jangan mengambil dengan cara diciduk, tetapi dengan cara di
tuangkan. Gelas atau cangkir yang digunakan harus selalu bersih. Tangan atau
benda kotor jangan mengenai air masak jangan dicampur dengan air mentah atau
dingin.
C. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS)
1. Definisi
Perilaku Sehat
Perilaku sehat
adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif untuk memelihara dan mencegah
resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta
berperan aktif dalam Gerakan Kesehatan Masyrakat.
Perilaku adalah segala
perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh makhluk hidup (Notoatmodjo, 1985).
Perilaku tidak sama dengan sikap. Sikap hanyalah suatu kecendrugan untuk
mengadakan tindakan tehadap suatu objek dengan adanya rasa serangan terhadap
objek tersebut. Secara operasional
perilaku
dapat diartika suatu respon organisasi atau seseorang terhadap rangsangan
(stimulus) dari luar objek tersebut.
Menurut
Notoatmodjo (1993) bentuk respon
ada dua macam yaitu bentuk aktif dan bentuk Pasif. Bentuk aktif yaitu apabila
perilaku itu jelas dapat di observasi secara langsung, perilaku ini sudah
tampak dalam bentuk tindakan yang nyata (over behavior). Sedangkan bentuk pasif
yaitu yang terjadi dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat
oleh orang lain misalnya : berpikir,
tanggapan
atau sikap batin. Perilaku yang seperti ini masih (cover behavior).
Bentuk
operasional perilaku dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu perilaku
dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui situasi atau rangsangan dari
luar. Perilaku dalam bentuk sikap yaitu tanggapan batin terhadap rangsangan
dari luar subjek. Perilaku dalam bentuk tindakan yang sudah baik, berupa perbuatan
(action) terjadap situasi rangsangan dari luar.
2. Definisi perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS)
Adalah
wujud keberdayaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS.
Dalam hal ini ada 5 program prioritas yaitu KIA, Gizi, Kesehatan Lingkungan,
Gaya Hidup, dan Dehat/Asuransi Kesehatan/JPKM.
Beberapa perilaku yang dapat
menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan resiko terjadinya diare,
antara lain :
a. Tidak
memberikan ASI eksklusif penuh 4-6bulan
pada awal menyususi.
b. Menggunakan
botol susu. Penggunaan botol oini memudahkan pencemaran oleh kuman karena botol
susah dibersihkan.
c. Menyimpan
makanan masak pada suhu kamar, makanan akan tercemar dan kuman akan berkembang
biak.
d. Menggunakan
air minum yang tercemar. Air mungkin sudah tercemar dari sumber atau pada saat
di simpan di rumah. Pencemaran di rumah dapat terjadi kalau tempat penyimpanan
tidak tertutup atau apabila tangan yang tercemar menyentuh air pada saat
mengambil air dari tempat penyimpanan.
e. Tidak
mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja atau sebelum
makan dan pada saat menyuapi anak.
f. Tidak
membuang tinja di dalam (termasuk tinja bayi) dengan benar. Sering beranggapan
bahwa tinja bayi tidaklah bernbahaya padahal sesungguhnya mengandung virus atau
bakteri dalam jumlah besar. Selain tiu tinja binatang dapat menyebabkan infeksi
pada manusia.
3. Komponen PHBS
Rumah tangga sehat adalah rumah
tangga yang melakukan komponen PHBS yang meliputi:
1) Persalinan ditolong oleh
tenaga kesehatan
2) Memberi bayi ASI eksklusif
3) Menimbang bayi dan balita
4) Menggunakan air bersih
5) Mencuci tangan dengan air
bersih dan sabun
6) Menggunakan jamban sehat
7) Memberantas jentik nyamuk
8) Makan buah dan sayur setiap
hari
9) Melakukan aktivitas fisik
setiap hari
10) Tidak merokok di dalam rumah
1. Manfaat PHBS
a. Bagi keluarga :
1)
Menjadikan anggota keluarga lebih sehat dan tidak mudah sakit
2)
Anggota keluarga lebih giat dalam bekerja
3)
Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk
memenuhi gizi keluarga, pendidikan dan modal usaha untuk menambah pendapatan
keluarga.
b. Bagi masyarakat :
1)
Mampu mengupayakan lingkungan sehat.
2)
Mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan.
3)
Memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
4)
Mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat
(UKBM) seperti Posyandu, Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), arisan jamban, ambulan desa.
5. Kriteria penilaian PHBS
Rumah
tangga termasuk kriteria sehat apabila memenuhi nilai 10 (sepuluh) atau
mempunyai perilaku positif pada setiap komponen PHBS dan dikatakan tidak sehat
apabila salah satu dari sepuluh komponen PHBS ada yang nilai 0 (nol) atau
perilaku negatif (DepkesRI, 2010).
6.
Sasaran
Indonesia Sehat 2010 Pada Program Lingkungan
Sehat, Perilaku Sehat Dan
pemberdayaan Masyarakat adalah :
a.
Tersusunnya kebijakan
dan konsep peningkatan kualitas lingkungan di tingkat lokal, regional, dan
nasional dengan kesepakatan lintas sektoral tentang tanggung jawab perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan.
b.
Terselenggaranya upaya peningkatan
lingkungan fisik, sosial dan budaya mesyarakat dengan memaksimalkan potensi
sumber daya secara mandiri.
c.
Meningkatkan kesadaran
dan tanggung jawab masyarakat untuk memelihara lingkungan yang sehat.
d.
Meningkatnya cakupan
keluarga yang mempunyai akses terhadap air bersih yang memenuhi syarat kualitas
kesehatan dan sesuai dengansanitasi lingkungan perkotaan dan pedesaan.
e.
Tercapainya pemukiman
dan lingkungan perumahan yang memenuhi syarat kesehatan di perkotaan dan
pedesaan.
f.
Terpenuhinya persyaratan
kesehatan di Tempat-Tempat Umum (TTU) termasuk
sarana dan cara pengelolaannya.
g.
Terpenuhinya lingkungan
sekolah dengan ruang yang memadai dan kondusif untuk menciptakan interaksi
sosial dan mendukung perilaku hidup sehat.
h.
Terpenuhinya
persyaratan kesehatan di tempat pekerjaan, perkantoran, dan industri bebas
radiasi.
i.
Terpenuhinya
persyaratan kesehatan diseluruh rumah sakit.
j.
Terlaksananya
pengolahan limbah industri dan polusi udara oleh industri maupun sarana
transportasi.
k.
Menurunnya tingkat
paparan pestisida dan insektisida di lingkungan kerja pertanian dan industri.
Serta pengawasan terhadap produk-produknya untuk keamanan konsumen.
7.
Kesehatan
Lingkungan akan tercapai apabila telah mencapai target yang telah di tetapkan
secara Nasional, Propinsi dan Kabupaten secara standar yaitu :
a.
Sarana Air Bersih (SAB)
target mencapai 75%
b.
Penggunaan jamban
keluarga target mencapai 60%
c.
Sarana Pembuangan Air
Limbah (SPAL) target mencapai 58%
d.
Penggunaan rumah yang
memenuhi syarat kesehatan/rumah sehat dengan target 60%
e.
Pemeriksaan pada
tempat-tempat umum target mencapai 100%
f.
Tempat-tempat umum yang
memenuhi syarat kesehatan
target 75%
D. Jurnal Penelitian
Penelitian ini pernah
dilakukan oleh beberapa peneliti, sehingga penelitian terdahulu menjadi acuan
untuk peneliti melakukan penelitian lebih lanjut. Berikut adalah jurnal yang
berhubungan dengan judul pada penelitian ini :
1. Jurnal “Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan kejadian diare
pada balita di Kecamatan
Sumber Jadi, Kabupaten Sukolegowo yang disusun oleh Erin Afriani Program Studi Kesehata Masyarakat
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakata tahun 2008. Hasil dalam
penelitian ini menujukkan bahwa ada hubungan antara Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) dengan kejadian diare pada balita di Desa Sukomakmur,
Kecamatan Sumber Jadi, Kabupaten Sukolegowo. Dengan jumlah responden 76 orang. Hal ini
berhubungan dikarena
pendidikan masyarakat yang rendah sehingga masyarakat tidak terlalu memperdulikan
kesehatan khususnya penyakit diare.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar